Saudaraku. Selagi Mampu, Jangan Berjiwa Miskin Apa Lagi Mengemis. Ayo Memberi
08 Mei 2020 10:50 WIB | dibaca 746
Di negeri Kanguru (Australia) memiliki tradisi yang sangat mulia. Setiap toko makanan siap saji jika sudah waktunya tutup, maka pembeli yang membeli diberi gratis. Jika sudah ditutup, makanan tidak boleh lagi dijual. Boleh diberikan kepada siapa yang mau atau diantarkan ke Second Hand shop untuk orang yang membutuhkan.
Terbayang, kalau di Indonesia, wah bisa bangkrut ini, karena orang bakalan menunggu toko tutup supaya dapat yang gratis.
Warganya sudah terbiasa untuk tidak mengambil sesuatu yang gratis apa lagi minta gratis.
"No. Please. We have enough money to buy. Why do we have to pick up a free one? Let’s another people who need it more than us take it."
Di club ada kopi gratis, tapi jarang ada yang ambil. Mereka lebih suka membeli. Bukan karena gengsi, tetapi karena rasa peduli mereka pada orang lain, yang lebih membutuhkan.
Renungkan. Jika semua orang yang punyai duit, ikut antri dan dapatkan sesuatu yang gratis, yang biasanya diantarkan ke Second Hand Shop untuk dibagi bagikan gratis, berarti orang yang sungguh-sungguh membutuhkan tidak bakalan kebagian makanan gratis.
Ini pelajaran bagi kita semua.
Jika kita sanggup beli. Jangan ambil yang gratis. Biarlah orang lain yang lebih membutuhkan mendapatkannya. Sungguh sebuah kepedulian akan sesama yang diterapkan dengan kesungguhan hati.
Allah sudah memberikan berkah yang cukup untuk kita, maka jangan lagi kita mengambil bagian berkah yang diperuntukkan bagi orang lain.
Ketika kita mendengar ada program untuk membantu orang tidak mampu yang terdampak Covid-19, apa yang ada dalam benak kita? Apa kita akan ikut bersiasat agar mendapat bagian?
Ataukah kita merekayasa data agar kerabat dan saudara kita dapat bagian juga?
Atau kita sok jadi pahlawan dengan mengajukan diri sebagai pendamping program, tapi dalam pikiran kita tersimpan niat busuk untuk memanfaatkan kesempatan di tengah wahah melanda?
Sahabat, kemiskinan, ketidak mampuan jangan dipolitisir dan dieksploitasi.
Orant fakir adalah ladang amal. Keberadaan kaum takir adalah cara Allah untuk menguji sejauh mana kepedulian dan keimanan kita.
Sementara kemiskinan adalah mental yang mesti diberantas.
Mental minta-minta, mental gratisan, mental potong kompas, Semua itu adalah Mental Pengemis yang membuat bangsa ini rendah dan terhina. Itulah kemiskinan KULTURAL.
Sudah saatnya kita bangkit dan sadar, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
Menjaga harga diri lebih baik daripada menjatuhkan kehormatan hanya demi sesuap nasi.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
Iwan Abdul Gani