Kebohongan, apapunn bentuknya tetap tidak dibenarkan dalam Islam dan juga dalam hukum positif buatan manusia.
Tentang kebohongan oleh RS yang membuat jagat Indonesia heboh. Kehebohan ini terjadi karena di dalamnya ada PS yang menjadi calon presiden di 2019. Hal ini tentu menjadi momen yang tepat bagi lawan politiknya untuk menyerang beliau. Hal ini juga merupakan bagian dari konsekwensi logis dalam pertarungan politik.
Berita tentang RS inipun berhasil menenggelamkan berita besar lainnya seperti kasus bencana alam di Lombok yang penanganannya belum tuntas, ditambah lagi dengan bencana di Palu, Donggala dan sekitarnya. Berdasar pada informasi yang berkembang bahwa para korban bencana di sana melakukan penjarahan terhadap apa saja yang dinilai bisa membantu mereka. Walaupun pejabat di negeri ini membantah bahwa tidak ada penjarahan.
Kasus penjarahan ini terjadi berawal dari beberapa pejabat di negeri ini mengeluarkan pernyataan yang kesannya memberi solusi, mereka menghimbau pada para pemilik minimart dan yang semisalnya agar membuka pintunya bagi para korban bencana di Palu dan sekitarnya agar bisa mengambil barang-barang kebutuhannya. Tidak disangka, pernyataan ini justru membuat suasana tambah parah. Ini sama dengan mentransfer bencana.
Selain berita tentang bencana alam, ada lagi berita besar lainnya yaitu tentang acara IMF-World Bank di Bali yang menghabiskan hampir Rp 1 Triliun duit Negara. Tidak main-main, pemerintah harus menyiapkan 30 helikopter dan sejumlah kapal pesiar demi perhelatan tersebut.
Rakyat lalu membuat perbandingan, lebih penting mana? Para tamu IMF yang dalam sejarahnya pernah membuat Indonesia bangkrut karena krisis moneter atau rakyat Indonesia yang sedang menderita akibat bencana alam? Tentu perbandingan ini tidak bisa disalahkan.
Kita masuk pada pokok persoalan, yaitu tentang kebohongan RS. Bayangkan, dia berhasil membohongi para tokoh besar di negeri ini, di sana ada PS, ada AR dan tokoh-tokoh lainnya. Hujatan kepada para tokoh ini berseliweran. Bahkan ada yang melaporkan PS dan timnya yang mereka ini adalah korban kebohongan juga.
Seorang tokoh berhasil dibohongi, apalagi oleh seseorang yang punya reputasi cukup bagus seperti RS, sebenarnya merupakan peristiwa biasa. Dari sudut yang netral kita bisa mendapat gambaran bahwa Prabowo adalah manusia yang polos. Bukan seorang politisi yang terbiasa hidup dengan kebohongan.
Kita barangkali belum lupa bagaimana Menteri Agama Said Agil Al Munawar berhasil meyakinkan Presiden Megawati Bahwa di Istana Batu Tulis tersimpan banyak harta karun. Harta tersebut bisa untuk membayar utang negara.
Presiden SBY juga pernah terpedaya Joko Suprapto seorang pria asal Nganjuk, Jatim yang mengaku bisa mengubah air menjadi energi listrik. Dia menyebutnya sebagai terobosan teknologi bernama blue energy.
Pada masa Orde Baru Wapres Adam Malik meyakini Cut Zahara Pona seorang perempuan asal Aceh yang mengaku bayi dalam kandungan bisa bicara dan mengaji. Sementara Presiden Soekarno juga pernah dibohongi tukang becak dan seorang pelacur asal Tegal, yang mengaku sebagai Raja Idrus dan Ratu Markonah. Keduanya mengaku sebagai Raja dan Ratu Suku Anak Dalam dan bisa membantu pembebasan Irian Barat. Karena itu mereka diundang ke Istana dan disambut secara resmi.
Cerita tentang Gus Dur lain lagi. Tukang pijatnya bernama Suwondo berhasil menipu Yayasan Dana Kesejahteraan Karyawan (Yanatera) Badan Urusan Logistik (Bulog) dan membobol uang yayasan itu hingga Rp 35 miliar.
Tahukah Anda bahwa, Rasulullah saw-pun pernah dibohongi. Kaget? Ia. Karena Anda kurang membaca.
Alkisah (Singkat Cerita). Selengkapnya silahkan and abaca lagi siroh Nabawi.
Ummul Mukminin, Siti Aisyah r.anha pernah difitnah berselingkuh dengan salah seorang sahabat bernama Shofwan bin Mu'athal as-Sulami adz-Dzakwani r.a
Fitnah itu terjadi usai perang antara kaum Muslimin dengan bani Mushthaliq pada bulan Sya'ban tahun ke 5 Hijriyah.
Orang munafik seperti Abdullah bin Ubay bin Salul, memfitnah bahwa Siti Aisyah telah berselingkuh dengan Shofwan. Fitnah itu dengan cepat beredar hingga di kota Madinah sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangagan kaum Muslimin.
Fitnah itu sempat mengubah sikap Rasulullah Saw. kepada Aisyah hingga turunlah wahyu Surat An-Nuur ayat 11-26 yang menyatakan Aisyah terbebas dari fitnah selingkuh tersebut.
Disebabkan tuduhan selingkuh tersebut, sampai-sampai Rasulullah Saw. menunjukkan perubahan sikap atas diri Aisyah. Karena sikap Nabi itu pula yang akhirnya Aisyah jatuh sakit.
Saat itu ketika Aisyah sakit menjadi bingung. Ketika aku sakit, " kata Aisyah" aku tidak melihat kelembutan dari Nabi saw. sepeti biasa yang aku lihat ketika aku sakit. Beliau hanya mengucapkan salam, lalu bertanya : "Bagaimana keadaanmu" kemudian pergi, kata Siti Aisyah r.anha. (yang terdapat dalam kitab An-Nihayah fi Gharib al-Hadits).
Inilah Ayat-ayat yang membebaskan tuduhan Siti Aisyah r.anha dari berita hoax (Fitnah) yang ia telah menderita kurang lebih dalam waktu satu bulan. :
إِنَّ الَّذِينَ جَآءُو بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُم مَّا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ ۚ وَالَّذِى تَوَلَّىٰ كِبْرَهُۥ مِنْهُمْ لَهُۥ عَذَابٌ عَظِيمٌ ﴿النور11 "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa diantara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyebaran berita bohong itu, baginya azab yang besar." (QS, An-Nuur : 11)
Moral ceritanya bahwa siapapun manusia di dunia ini, bisa saja ditipu, maupun dibohongi. Jangankan kita, Rasulullah saw. saja bisa dibohongi. Yang tidak bermoral itu orang yang terus-terusan menciptakan kebohong namun tidak menyadari (waspada istidraj!!!)
@Menjaga kewarasan. Jika anda merasa sakit karena dibohongi, maka bebaskalanlah diri anda dari pesakitan itu. Jangan kerdilkan akal anda dengan membela kebohongan yang telah dilakukan, yang sedang dilakukan dan yang akan dilakukan.
Iwan Abdul Gani. Dari berbagai sumber.
Menulis dalam keadaan prihatin terhadap bencana di negeri ini. Bencana alam dan bencana moral.
Penulis adalah hamba fakir yang ditakdirkan hidup di bumi ciptaan Allah bernama Indonesia. We Love Indonesia